BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
1.1
Pengertian belajar dan pembelajaran
A. Pengertian belajar menurut kamus
bahasa Indonesia :
Belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan oleh pengalaman.
B. Pengertian belajar menurut beberapa
ahli :
1.
James O. Whittaker (Djamarah,
Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar
adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
2.
Winkel,
belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
3.
Cronchbach (Djamarah,
Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah
suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
4.
Howard L. Kingskey (Djamarah,
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan.
5.
Drs. Slameto (Djamarah,
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
6. Djamarah, Syaiful Bahri,
(Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotor.
7. R.
Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
8. Herbart
(swiss)
Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn
yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln
9. Robert
M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan
bahwa:
Learning is
change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and
which is not simply ascribable to process a groeth.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah
belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan
saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri
dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
10. Lester
D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition
of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya
untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
11.
Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil
dari suatu latihan atau pengalaman.
- Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
- Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
- Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
- Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
- Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
- Jerome Bruner “ enaktif – ikonik – symbolik “
- Benjamin S. Bloom : “ tigah ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik”
- Ki Hajar Dewantara : “Ing Ngarso Suntolodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Jadi, belajar adalah suatu proses memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dalam wujud
perubahan tingkah dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen karena
adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
C.
Pengertian Pembelajaran
- Pembelajaran
merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat
menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar (Sudjana).
- Pembelajaran adalah
usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan balajar
(Gulo).
- Pembelajaran adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaiknya dan menghubungkan dengan anak
didik sehingga terjadi proses belajar (Nasution).
- Pembelajaran adalah
suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik (Warsita)
- Pembelajaran
merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran
dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangkan mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto).
- Pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan
Mudjiono)
- Biggs membagi konsep
belajar dalam 3 pengertian, yaitu:
1. Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif yaitu
penularan pengetahuan dari guru kepada murid.
2.
Pembelajaran dengan pengertian Institusional yaitu penataan segala kemampuan
mengajar sehingga dapat berjalan efisien.
3. Pembelajaran dengan
pengertian kualitatif yaitu upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar dengan
siswa.
Jadi,
pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan
dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
efektif dan efisien serta hasil yang optimal.
1.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua jenis saja,
yaitu faktor intern dan ekstern. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
I.
Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar
individu. Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga
faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1.
Faktor Jasmaniah
a) Faktor
kesehatan
Agar seseorang dapat belajar dengan
baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur,
makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
b)
Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini
terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan
alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2.
Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor
yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
Faktor-faktor itu adalah : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan.
a)
Intelegensi
Menurut J. P. Chaplin, intelegensi
adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi
dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui
relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b)
Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu
obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar
yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian
dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
c)
Minat
Minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sfatnya sementara
(tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang,
sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan.
d) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hillgard adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan
itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat
mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak
berbakat di bidang itu.
e)
Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan
tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorong.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau
fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk
berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya
sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak
dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan
latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang)
belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki
kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
g)
Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah kesediaan untuk memberi
response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seeseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar,
karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
3.
Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan
jasmani terlahat denngan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan
membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan
substansi pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada
bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga
sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
Kelelahan baik secara jasmani maupun
rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut :
1.
Tidur;
2.
Istirahat;
3.
Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja;
4.
Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya
obat gosok;
5.
Rekreasi dan ibadah teratur;
6.
Olahraga secara teratur;
7.
Mengimbangi makan dengan makanan yeng memenuhi syarat-syarat kesehatan,
misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna;
8.
Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya
dkter, psikiater, konselor, dan lain-lain.1 (54-60)
II.
Faktor eksternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial
dan faktor lingkungan non sosial.
1)
Lingkungan sosial
a)
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau
administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b)
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar
siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi,
atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan yang belum dimilikinya.
c)
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas
belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau
adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2)
Lingkungan nonsosial.
a)
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila
kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b)
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain
sebagainya.
c)
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar