Dunia Sejarah
Kamis, 15 Oktober 2015
Kamis, 11 Juni 2015
Permasalahan mata pelajaran sejarah di Indonesia
PERMASALAHAN
MATA PELAJARAN SEJARAH
DI
INDONESIA
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh
Muhardin
NIM
140210302038
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan nikmat Serta hidayah-NYA, terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Belajar dan
Pemebelajaran sesuai batas waktu yang telah ditentukan. Kemudian Sholawat serta
Salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni, Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk keselamatan di
Dunia dan Akhirat.
Kemudian, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak
Dr. Suranto, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran,
teman-teman, serta semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama pembuatan makalah ini.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran di program studi Pendidikan Sejarah
Universitas Jember. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat untuk kita semua.
Selanjut kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa Syukur kami kepada
Allah SWT dalam perbaikan makalah ini kedepannya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Jember, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah
berasal daripada perkataan Greek iaitu inquire yang bermaksud menyiasat dan
menyelidik masa lalu dengan teliti berdasarkan bukti yang diperolehi. Istilah
ini lebih awal digunakan oleh Herodotus dan kemudian selanjutnya ditukarkan
kepada istilah historia yang bermaksud pengendalian secara naratif berkaitan
pembinaan masa lalu. Pembelajaran sejarah berbeda dengan subjek-subjek mata
pelajaran yang lain kerana ia bukan sekadar berperanan sebagai memindahkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga mempunyai misi membina akhlak dan
jiwa daripada pengalaman generasi sebelumnya. Kita haruslah memahami bahawa
penekanan terhadap ilmu pengetahuan semata-mata belumlah cukup kerana ia
dilihat masih belum dapat menjadikan seseorang itu mempunyai accountability
terhadap diri, agama dan negara. Oleh kerana itulah kurikulum sejarah di
Indonesia menekankan kepada pemupukan nilai-nlai murni dalam diri pelajar
sebagai salah satu fokus utamanya.
Walaupun pembelajaran sejarah
memainkan peranan penting dalam pemupukan sikap, akhlak dan jiwa manusia, namun
kenyataannya posisi mata pelajaran sejarah tetap berada dalam kondisi yang
menyedihkan. Sejarah dianggap mata pelajaran yang membosankan, tidak memberi
manfaat dan sekadar membuang waktu saja. Anhar Gonggong menyatakan bahawa
“sejarah dipandang sebagian orang sebagai masa lampau, lalu dianggap mata
pelajaran yang membuang-buang waktu.” Mata pelajaran sejarah dipinggirkan dan
kesannya, lahirlah generasi muda yang buta sejarah, yang gagal memahami dan
menggunakan sejarah untuk membaiki kepincangan-kepincangan yang wujud dalam
kehidupan mereka.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah berdasarkan latar belakang tersebut sebagai berikut:
1)
apa permasalahan
dalam mata pelajaran sejarah di Indonesia?
2)
bagaimana cara
mengatasi masalah pembelajaran sejarah?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam
tulisan ini, yaitu:
1) untuk
mengetahui permasalahan dalam mata
pelajaran sejarah di Indonesia;
2)
untuk mengetahui mengatasi
masalah pembelajaran sejarah.
1.4 Manfaat
Adapun
manfaat yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini diantaranya:
1) untuk
memberikan informasi permasalahan mata pelajaran sejarah di Indonesia;
2) untuk
memberikan pengetahuan cara mengatasi permasalahan pembelajaran sejarah.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan mata pelajaran sejarah di Indonesia
Permasalahan yang dimunculkan dalam pendidikan
sejarah bangsa Indonesia adalah mengenai posisi pendidikan sejarah dalam
kurikulum, tujuan pendidikan sejarah, materi sejarah dan bagaimana materi
tersebut diorganisasikan, proses pembelajaran sejarah, dan asesmen hasil
belajar pendidikan sejarah. Isu atau permasalahan yang dimunculkan ini memang
bersifat klasik tetapi terus dimunculkan. Pengaruh kehidupan politik dan
ekonomi memiliki kontribusi yang cukup dominan dalam permasalahan-permasalahan
pendidikan sejarah. Pengaruh kekuasaan yang merupakan bentuk nyata dari
pengaruh politik pada tingkat pengambilan keputusan mengenai kurikulum adalah
sesuatu yang mustahil dihindarkan. Wawasan, visi, dan pemahaman tentang
pendidikan dan pengaruh kekuatan politik yang mendukung dan memperkuat posisi
pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan kurikulum berpengaruh terhadap
keputusan tentang pendidikan sejarah.
2.1.1 Pendidikan sejarah dan kurikulum
Posisi
kurikulum pendidikan Sejarah dalam kurikulum di Indonesia hampir sama dengan
posisi pendidikan sejarah di berbagai negara lain. Di jenjang pendidikan dasar,
pendidikan sejarah diorganisasikan dalam pendidikan IPS sedangkan di jenjang
pendidikan menengah terjadi dua posisi. Posisi pertama pendidikan sejarah diposisikan
sebagai pendidikan disiplin ilmu di SMA sedangkan posisi kedua pendidikan
sejarah dikemas dalam pendidikan IPS di SMK.
Adanya
perbedaan posisi antara jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah dan
antara SMA dengan SMK di jenjang pendidikan menengah menunjukkan adanya
penerapan pandangan eklektik dalam kurikulum. Pendidikan sejarah dikemas dalam
IPS di jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dan SMK menunjukkan pandangan
perenialis dan meninggalkan pandangan esensialis. Sementara kurikulum
pendidikan sejarah di SMA sepenuhnya mendasarkan diri pada pandangan filosofi
esensialis.
2.1.2 Tujuan pendidikan sejarah
Untuk
jenjang pendidikan dasar yang bersifat pendidikan umum dan tujuannya adalah
untuk mengembangkan potensi individu sis wa menjadi anggota masyarakat dan
bangsa yang produktif, kreatif, sadar akan diri dan bangsanya maka tujuan
pendidikan sejarah tidak mungkin ditujukan kepada hal-hal yang sepenuhnya
berkenaan dengan disiplin ilmu sejarah. Tujuan seperti kemampuan berfikir
kritis, kronologis, sikap berbangsa yang positif, mampu menggunakan pengetahuan
dan ketrampilan dalam kehidupan, saling menghormati kemajemukan, kerjasama,
keteladanan dan sebagainya harus pula menjadi tujuan pendidikan
sejarah. Bagi peserta didik di pendidikan dasar (SD dan SMP) yang harus belajar
dari sejarah untuk kehidupan masa kini, pendidikan sejarah yang kering dan
tidak terkait dengan masa kini merupakan suatu kerugian besar.
Sebaliknya
di SMA dimana mata pelajaran sejarah memiliki status untuk mempersiapkan
landasan bagi pelajaran di perguruan tinggi maka tujuan-tujuan yang berkenaan
dengan pemahaman disiplin ilmu sejarah, kemampuan yang digunakan dalam
penelitian dan penulisan sejarah menjadi tujuan pendidikan sejarah.
2.1.3 Materi pendidikan sejarah
Pada
dasarnya permasalahan dalam ruang lingkup berkenaan dengan tema sejarah yang
diajarkan di sekolah. Secara tradisional materi pendidikan sejarah yang
diajarkan di sekolah adalah materi sejarah politik: jatuh bangunnya kekuasaan,
pertentangan antar golongan dalam memperebutkan kekuasaan, peperangan antara
dua kekuasaan politik dalam memperebutkan hegemoni terhadap suatu wilayah
tertentu atau bahkan terhadap wilayah Negara yang jadi lawannya. Kurikulum
pendidikan sejarah di Indonesia sangat jelas menggambarkan orientasi tersebut:
pokok-pokok bahasan yang ada dalam kurikulum sejarah adalah judul-judul perang,
perebutan kekuasaan, konflik politik, dan hal-hal semacam itu. Pokok-pokok
bahasan yang berkaitan dengan zaman Hindu-Budha, zaman Islam, zaman penjajahan
Belanda, zaman penjajahan Inggris, masa pendudukan Jepang bahkan ketika
Indonesia sudah merdeka maka konflik-konflik politik antar pemerintah pusat
dengan daerah, pertentangan antara satu golongan politik dengan golongan
politik lainnya.
Permasalahan
ruang lingkup materi diperluas dengan isu materi sejarah nasional dan sejarah
lokal. Pendidikan sejarah selama ini yang selalu bersifat nasional telah
berhasil memisahkan peserta didik dari lingkungan social, budaya, dan sejarah
masa lalu komunitasnya. Materi sejarah nasional yang standar selalu dimulai
dengan masa prasejarah yang sangat kompleks, jauh dalam ukuran waktu dan
terkadang juga dalam ukuran geografis dengan diri peserta didik. Seorang anak
di Medan belakang tentang phitecantropus erectus yang belum tentu nenek motang
bangsa ini dan dianggap sebagai suatu pembuktian terhadap teori evaluasi
Darwin. Demikian pula peserta didik lain di tempat yang jauh dari Trinil/Solo
tetapi mereka tidak tahun tentang perkembangan wilayah serta para “founding
fathers” di wilayahnya.
2.1.4 Permasalahan mata pelajaran sejarah di sekolah
Rata-rata
pelajar mengatakan masalah yang dihadapi diantaranya, mengingat fakta-fakta
dalam mata pelajaran sejarah kerana terlalu banyak fakta yang perlu diingat.
Hal ini menyebabkan pelajar tidak meminati subjek Sejarah kerana bagi mereka
hanya membosankan, sukar dipahami, tiada ada kaitan dengan hidup mereka secara
langsung dan menyebabkan pengajaran dan pembelajaran Sejarah menjadi pasif. Tiap
tahun, inilah masalah utama yang dihadapi oleh guru sejarah di sekolah.
Dalam
konteks pembelajaran sejarah, masalah mengingat fakta dan menguraikan fakta memang
merupakan satu perkara yang agak umum bagi pelajar, khususnya bagi pelajar yang
lemah dari segi akademik.Akan tetapi setelah
diperhatikan dan diperhalusi didapati masalah mengingat fakta dalam mata
pelajaran sejarah ini berlaku akibat dari beberapa faktor, diantaranya disebabkan
oleh sikap pelajar yang tidak berminat untuk membaca dan tidak berminat untuk
ingin tahu, cara pelajar menghafal fakta tanpa memahami konsep dan kronologi
peristiwa yang berlaku dan sikap pelajar yang tidak suka bertanya untuk faham. Selain
itu, masalah ini wujud adalah disebabkan oleh pelajar yang terlalu bergantung
kepada tulisan buku teks menyebabkan pelajar tidak dapat menjawab soal apabila
tulisan tersebut diubah dan juga kebergantungan kepada fakta buku teks semata-mata
menyebabkan pelajar enggan dan malas untuk berfikir.
Faktor
seterusnya pula melibatkan kaidah pengajaran guru sejarah. Menjadi kelaziman di
kalangan guru kini, mata pelajaran sejarah diajarkan dengan satu kaidah sama,
diantaranya ceramah. Tumpuan pembelajaran lebih berfokuskan kepada hasil, yaitu
pelajar dan mahasiswa sebagai objek dan produk semata-mata. Proses pembelajaran
dilupakan. sebenarnya proses inilah yang menentukan hasil atau produk yang akan
dikeluarkan.
2.2 Strategi pembelajaran sejarah di sekolah
Dalam
pembelajaran sejarah, guru boleh memilih dan menggunakan teknik-teknik
pengajaran yang sesuai. Teknik-teknik itu haruslah berasaskan kajian daripada
bidang-bidang yang ada kaitannya dengan ilmu pendidikan, seperti bidang
psikologi, sosiologi, falsafah pendidikan dan pedagogi. Memang tidak dapat
disangkal bahawa pelbagai teknik boleh diaplikasikan guru dalam proses pengajaran
dan pembelajaran, namun demikian harus diingat bahawa tiada satu teknik pun
yang dianggap sesuai dan dapat digunakan untuk semua keadaan atau terbaik untuk
semua situasi pengajaran. Oleh karena itu, teknik yang digunakan itu harus
bergantung pada peringkat umur, suasana kelas dan kemampuan serta minat murid
terhadap bahan pengajaran yang akan disampaikan. Tegasnya, seorang guru itu
mestilah bijak memilih teknik-teknik yang akan digunakannya semasa menyampaikan
sesuatu pembelajaran.
Dalam
pembelajaran sejarah terdapat beberapa kaidah dan teknik yang boleh diaplikasikan
dalam kelas. Diantaranya, kaidah penceritaan, kaidah inkuiri, kaidah perbincangan,
kaidah penerangan, kaidah simulasi, kaidah kaji peta, kaidah kaji gambar,
kaidah kaji dokumen, kaidah tutorial, kaidah tunjuk cara, kaidah kaji buku teks,
dan kaidah proyek. Walaupun begitu, kaidah-kaidah ini juga terkadang membosankan
siswa. Hal ini demikian karena, pembelajaran dengan hanya menggunakan satu
pendekatan dilihat hanya dapat menarik perhatian pelajar pada awal pembelajaran
saja.
Agar siswa menangkap konsep-konsep sejarah, dalam
melaksanakan pembelajaran diperlukan media pembelajaran atau mediasi
benda-benda manipulatif. Pembelajaran sejarah berkaitan erat dengan membaca (reading). Siswa dalam membaca bukan saja
membaca tulisan-tulisan dalam buku tetapi juga membaca dan memaknai misalnya
gambar masa lalu, peta, grafik, dan sebagainya.
2.2.1 Pembelajaran sejarah dengan metode skematik
Langkah-langkah pembelajaran sejarah dengan metode skematik sebagai berikut:
a.
Kegiatan Awal
-Fase
pembukaan
Guru membuka pembelajaran, menyampaikan tujuan atau indikator pembelajaran,
memeriksa pengetahuan prasyarat siswa, memberi motivasi, dan mengaitkan dengan
masalah sehari-hari jika memungkinkan.
b. Kegiatan inti
- Fase
ikonik
Pada fase ini guru menjelaskan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sejarah
dengan pendekatan ikonik, yakni menjelaskan dengan menggunakan bantuan
gambar-gambar, peta, grafik, tabel, skema, sketsa atau menggunakan bantuan
benda manipulatif lainnya yang sesuai dengan materi pembelajaran.
- Fase
diskusi
Pada fase ini siswa diberi tugas kelompok, misalnya memahami suatu topik
atau tema sejarah. Siswa diminta menyusun kerangka pemikiran dalam topik atau
tema tersebut dengan cara membuat atau menggunakan gambar, peta, grafik, tabel,
skema atau sketsa. Hasilnya
dipresentasikan di depan kelas.
- Fase simbolik
Pada fase ini siswa diminta menulis hal-hal penting berkaitan dengan
pengertian, definisi, karakteristik, konsep-konsep dan prinsip-prinsip sejarah yang dipresentasikan oleh temannya.
Jika siswa mengalami kesulitan guru memberikan bantuan dengan cara menuliskan
kesimpulan dan makna dari materi yang dipelajari. .
c. Kegiatan akhir
-Fase
penutup
Guru bersama
sisiwa merangkum,memberi tugas misalnya pekerjaan rumah, dan menutup
pembelajaran.
2.2.2 Pendekatan teori pembelajaran yang digunakan.
Ø Teori
pembelajaran kognitif – teori Pemprosesan maklumat Gagne
Melalui teori Gagne juga, masalah
sukar mengingat fakta-fakta sejarah pada pelajar dapat diatasi apabila guru
mengaplikasikan cara-cara berikut di dalam pengajaran dan pembelajaran mata
pelajaran sejarah:
1)
guru mengenakan bahan pengajaran yang bermakna yaitu
dengan menekankan kepada isi-isi pengajaran yang sangat penting;
2)
guru mengulang konsep-konsep penting dengan
mengulangkaji fakta-fakta yang penting dalam pelajaran;
3)
guru menstrukturkan pengajaran konsep-konsep penting
dengan menyusun bahan pembelajaran dengan membuat ‘outline’ dan kategori-kategori
yang spesifik;
4)
bahan bantuan pengajaran digunakan secara visual;
5)
guru mengulangi konsep-konsep yang penting dengan
membuat pengujian melalui kuis atau ujian ringkas;
6)
guru sentiasa mengkaitkan materi baru dengan
pengetahuan sebelumnya;
7)
guru menggunakan pelbagai strategi pengajaran dan gaya
pengajaran menarik;
8)
guru senantiasa mengkaji ulang materi secara berulang
dengan mengkaitkan pembelajaran baru kepada pembelajaran lama.
Ø Teori
pembelajaran konstruktivisme
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah:
1)
pembinaan ilmu
pengetahuan secara mandiri, dengan cara siswa membina pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya;
2)
penggunaan
bahan bantu pembelajaran, seperti peta, video, globe, dll;
3)
penglibatan
secara aktif, dengan cara membuat kelompok belajar dan melakukan tanya jawab;
4)
strategi pembelajaran,
dengan cara kooperatif.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah merupakan satu mata pelajaran yang penting.
Hal ini karena pelajaran sejarah mampu membentuk jiwa, akhlak dan jati diri
bangsa, khususnya dalam memupuk semangat patriotisme. Meskipun begitu, pembelajaran
subjek ini memerlukan penghayatan dan minat bagi menimbulkan konsep kesadaran dalam
sejarah. Oleh karena itu, peranan guru amatlah ditagih dalam mewujudkan suasana
pembelajaran yang menarik dan mampu membawa pelajar menghayati peristiwa
sejarah itu seperti yang sebenarnya. Guru yang kreatif dapat mempengaruhi tahap
kesadaran siswa. Jadi, penggunaan berbagai teknik, alat bantu mengajar, dan
minat guru sejarah itu sendiri merupakan nadi penggerak pada kejayaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://sambaltempe86.blogspot.com/2009/01/mengapakah-subjek-sejarah-kurang.html
https://rosehoney13.wordpress.com/2012/05/22/masalah-pembelajaran-sejarah-dan-cara-mengatasinya/
https://pussisunimed.wordpress.com/2010/01/27/pendidikan-sejarah-issues-dan-masa-depan/
http://sejarah-sman1-tmg.blogspot.com/2013/03/pembelajaran-sejarah-dengan-metode.html
Langganan:
Postingan (Atom)