Blogger Widgets

Kamis, 11 Juni 2015

Permasalahan mata pelajaran sejarah di Indonesia









PERMASALAHAN MATA PELAJARAN SEJARAH
DI INDONESIA
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Dr. Suranto, M.Pd.
           




Oleh
Muhardin
NIM 140210302038





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015


KATA PENGANTAR


             Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat Serta hidayah-NYA, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Belajar dan Pemebelajaran sesuai batas waktu yang telah ditentukan. Kemudian Sholawat serta Salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni, Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk keselamatan di Dunia dan Akhirat.
             Kemudian, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Suranto, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, teman-teman, serta semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pembuatan makalah ini.
             Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran di program studi Pendidikan Sejarah Universitas Jember. Semoga  makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
             Selanjut kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa Syukur kami kepada Allah SWT dalam perbaikan makalah ini kedepannya.  Akhir kata kami ucapkan terima kasih.


Jember,  Juni 2015


Penyusun





DAFTAR PUSTAKA

halaman




BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Sejarah berasal daripada perkataan Greek iaitu inquire yang bermaksud menyiasat dan menyelidik masa lalu dengan teliti berdasarkan bukti yang diperolehi. Istilah ini lebih awal digunakan oleh Herodotus dan kemudian selanjutnya ditukarkan kepada istilah historia yang bermaksud pengendalian secara naratif berkaitan pembinaan masa lalu. Pembelajaran sejarah berbeda dengan subjek-subjek mata pelajaran yang lain kerana ia bukan sekadar berperanan sebagai memindahkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga mempunyai misi membina akhlak dan jiwa daripada pengalaman generasi sebelumnya. Kita haruslah memahami bahawa penekanan terhadap ilmu pengetahuan semata-mata belumlah cukup kerana ia dilihat masih belum dapat menjadikan seseorang itu mempunyai accountability terhadap diri, agama dan negara. Oleh kerana itulah kurikulum sejarah di Indonesia menekankan kepada pemupukan nilai-nlai murni dalam diri pelajar sebagai salah satu fokus utamanya.
Walaupun pembelajaran sejarah memainkan peranan penting dalam pemupukan sikap, akhlak dan jiwa manusia, namun kenyataannya posisi mata pelajaran sejarah tetap berada dalam kondisi yang menyedihkan. Sejarah dianggap mata pelajaran yang membosankan, tidak memberi manfaat dan sekadar membuang waktu saja. Anhar Gonggong menyatakan bahawa “sejarah dipandang sebagian orang sebagai masa lampau, lalu dianggap mata pelajaran yang membuang-buang waktu.” Mata pelajaran sejarah dipinggirkan dan kesannya, lahirlah generasi muda yang buta sejarah, yang gagal memahami dan menggunakan sejarah untuk membaiki kepincangan-kepincangan yang wujud dalam kehidupan mereka.

1.2 Rumusan Masalah         

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut sebagai berikut:
1)      apa permasalahan dalam mata pelajaran sejarah di Indonesia?
2)      bagaimana cara mengatasi masalah pembelajaran sejarah?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini, yaitu:
1)      untuk mengetahui permasalahan dalam mata pelajaran sejarah di Indonesia;
2)      untuk mengetahui mengatasi masalah pembelajaran sejarah.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini diantaranya:
1)      untuk memberikan informasi permasalahan mata pelajaran sejarah di Indonesia;
2)      untuk memberikan pengetahuan cara mengatasi permasalahan pembelajaran sejarah.



BAB 2. PEMBAHASAN

 

2.1 Permasalahan mata pelajaran sejarah di Indonesia

            Permasalahan yang dimunculkan dalam pendidikan sejarah bangsa Indonesia adalah mengenai posisi pendidikan sejarah dalam kurikulum, tujuan pendidikan sejarah, materi sejarah dan bagaimana materi tersebut diorganisasikan, proses pembelajaran sejarah, dan asesmen hasil belajar pendidikan sejarah. Isu atau permasalahan yang dimunculkan ini memang bersifat klasik tetapi terus dimunculkan. Pengaruh kehidupan politik dan ekonomi memiliki kontribusi yang cukup dominan dalam permasalahan-permasalahan pendidikan sejarah. Pengaruh kekuasaan yang merupakan bentuk nyata dari pengaruh politik pada tingkat pengambilan keputusan mengenai kurikulum adalah sesuatu yang mustahil dihindarkan. Wawasan, visi, dan pemahaman tentang pendidikan dan pengaruh kekuatan politik yang mendukung dan memperkuat posisi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan kurikulum berpengaruh terhadap keputusan tentang pendidikan sejarah.

2.1.1 Pendidikan sejarah dan kurikulum

Posisi kurikulum pendidikan Sejarah dalam kurikulum di Indonesia hampir sama dengan posisi pendidikan sejarah di berbagai negara lain. Di jenjang pendidikan dasar, pendidikan sejarah diorganisasikan dalam pendidikan IPS sedangkan di jenjang pendidikan menengah terjadi dua posisi. Posisi pertama pendidikan sejarah diposisikan sebagai pendidikan disiplin ilmu di SMA sedangkan posisi kedua pendidikan sejarah dikemas dalam pendidikan IPS di SMK.
Adanya perbedaan posisi antara jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah dan antara SMA dengan SMK di jenjang pendidikan menengah menunjukkan adanya penerapan pandangan eklektik dalam kurikulum. Pendidikan sejarah dikemas dalam IPS di jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dan SMK menunjukkan pandangan perenialis dan meninggalkan pandangan esensialis. Sementara kurikulum pendidikan sejarah di SMA sepenuhnya mendasarkan diri pada pandangan filosofi esensialis.

2.1.2 Tujuan pendidikan sejarah

Untuk jenjang pendidikan dasar yang bersifat pendidikan umum dan tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi individu sis wa menjadi anggota masyarakat dan bangsa yang produktif, kreatif, sadar akan diri dan bangsanya maka tujuan pendidikan sejarah tidak mungkin ditujukan kepada hal-hal yang sepenuhnya berkenaan dengan disiplin ilmu sejarah. Tujuan seperti kemampuan berfikir kritis, kronologis, sikap berbangsa yang positif, mampu menggunakan pengetahuan dan ketrampilan dalam kehidupan, saling menghormati kemajemukan, kerjasama, keteladanan   dan sebagainya harus pula menjadi tujuan pendidikan sejarah. Bagi peserta didik di pendidikan dasar (SD dan SMP) yang harus belajar dari sejarah untuk kehidupan masa kini, pendidikan sejarah yang kering dan tidak terkait dengan masa kini merupakan suatu kerugian besar.
Sebaliknya di SMA dimana mata pelajaran sejarah memiliki status untuk mempersiapkan landasan bagi pelajaran di perguruan tinggi maka tujuan-tujuan yang berkenaan dengan pemahaman disiplin ilmu sejarah, kemampuan yang digunakan dalam penelitian dan penulisan sejarah menjadi tujuan pendidikan sejarah.

2.1.3 Materi pendidikan sejarah

Pada dasarnya permasalahan dalam ruang lingkup berkenaan dengan tema sejarah yang diajarkan di sekolah. Secara tradisional materi pendidikan sejarah yang diajarkan di sekolah adalah materi sejarah politik: jatuh bangunnya kekuasaan, pertentangan antar golongan dalam memperebutkan kekuasaan, peperangan antara dua kekuasaan politik dalam memperebutkan hegemoni terhadap suatu wilayah tertentu atau bahkan terhadap wilayah Negara yang jadi lawannya. Kurikulum pendidikan sejarah di Indonesia sangat jelas menggambarkan orientasi tersebut: pokok-pokok bahasan yang ada dalam kurikulum sejarah adalah judul-judul perang, perebutan kekuasaan, konflik politik, dan hal-hal semacam itu. Pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan zaman Hindu-Budha, zaman Islam, zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Inggris, masa pendudukan Jepang bahkan ketika Indonesia sudah merdeka maka konflik-konflik politik antar pemerintah pusat dengan daerah, pertentangan antara satu golongan politik dengan golongan politik lainnya.
Permasalahan ruang lingkup materi diperluas dengan isu materi sejarah nasional dan sejarah lokal. Pendidikan sejarah selama ini yang selalu bersifat nasional telah berhasil memisahkan peserta didik dari lingkungan social, budaya, dan sejarah masa lalu komunitasnya. Materi sejarah nasional yang standar selalu dimulai dengan masa prasejarah yang sangat kompleks, jauh dalam ukuran waktu dan terkadang juga dalam ukuran geografis dengan diri peserta didik. Seorang anak di Medan belakang tentang phitecantropus erectus yang belum tentu nenek motang bangsa ini dan dianggap sebagai suatu pembuktian terhadap teori evaluasi Darwin. Demikian pula peserta didik lain di tempat yang jauh dari Trinil/Solo tetapi mereka tidak tahun tentang perkembangan wilayah serta para “founding fathers” di wilayahnya.

2.1.4 Permasalahan mata pelajaran sejarah di sekolah

Rata-rata pelajar mengatakan masalah yang dihadapi diantaranya, mengingat fakta-fakta dalam mata pelajaran sejarah kerana terlalu banyak fakta yang perlu diingat. Hal ini menyebabkan pelajar tidak meminati subjek Sejarah kerana bagi mereka hanya membosankan, sukar dipahami, tiada ada kaitan dengan hidup mereka secara langsung dan menyebabkan pengajaran dan pembelajaran Sejarah menjadi pasif. Tiap tahun, inilah masalah utama yang dihadapi oleh guru sejarah di sekolah.
Dalam konteks pembelajaran sejarah, masalah mengingat fakta dan menguraikan fakta memang merupakan satu perkara yang agak umum bagi pelajar, khususnya bagi pelajar yang lemah dari segi akademik.Akan tetapi setelah diperhatikan dan diperhalusi didapati masalah mengingat fakta dalam mata pelajaran sejarah ini  berlaku akibat dari beberapa faktor, diantaranya disebabkan oleh sikap pelajar yang tidak berminat untuk membaca dan tidak berminat untuk ingin tahu, cara pelajar menghafal fakta tanpa memahami konsep dan kronologi peristiwa yang berlaku dan sikap pelajar yang tidak suka bertanya untuk faham. Selain itu, masalah ini wujud adalah disebabkan oleh pelajar yang terlalu bergantung kepada tulisan buku teks menyebabkan pelajar tidak dapat menjawab soal apabila tulisan tersebut diubah dan juga kebergantungan kepada fakta buku teks semata-mata menyebabkan pelajar enggan dan malas untuk berfikir.
Faktor seterusnya pula melibatkan kaidah pengajaran guru sejarah. Menjadi kelaziman di kalangan guru kini, mata pelajaran sejarah diajarkan dengan satu kaidah sama, diantaranya ceramah. Tumpuan pembelajaran lebih berfokuskan kepada hasil, yaitu pelajar dan mahasiswa sebagai objek dan produk semata-mata. Proses pembelajaran dilupakan. sebenarnya proses inilah yang menentukan hasil atau produk yang akan dikeluarkan.

2.2 Strategi pembelajaran sejarah di sekolah

Dalam pembelajaran sejarah, guru boleh memilih dan menggunakan teknik-teknik pengajaran yang sesuai. Teknik-teknik itu haruslah berasaskan kajian daripada bidang-bidang yang ada kaitannya dengan ilmu pendidikan, seperti bidang psikologi, sosiologi, falsafah pendidikan dan pedagogi. Memang tidak dapat disangkal bahawa pelbagai teknik boleh diaplikasikan guru dalam proses pengajaran dan pembelajaran, namun demikian harus diingat bahawa tiada satu teknik pun yang dianggap sesuai dan dapat digunakan untuk semua keadaan atau terbaik untuk semua situasi pengajaran. Oleh karena itu, teknik yang digunakan itu harus bergantung pada peringkat umur, suasana kelas dan kemampuan serta minat murid terhadap bahan pengajaran yang akan disampaikan. Tegasnya, seorang guru itu mestilah bijak memilih teknik-teknik yang akan digunakannya semasa menyampaikan sesuatu pembelajaran.
Dalam pembelajaran sejarah terdapat beberapa kaidah dan teknik yang boleh diaplikasikan dalam kelas. Diantaranya, kaidah penceritaan, kaidah inkuiri, kaidah perbincangan, kaidah penerangan, kaidah simulasi, kaidah kaji peta, kaidah kaji gambar, kaidah kaji dokumen, kaidah tutorial, kaidah tunjuk cara, kaidah kaji buku teks, dan kaidah proyek. Walaupun begitu, kaidah-kaidah ini juga terkadang membosankan siswa. Hal ini demikian karena, pembelajaran dengan hanya menggunakan satu pendekatan dilihat hanya dapat menarik perhatian pelajar pada awal pembelajaran saja.
Agar siswa menangkap konsep-konsep sejarah, dalam melaksanakan pembelajaran diperlukan media pembelajaran atau mediasi benda-benda manipulatif. Pembelajaran sejarah berkaitan erat dengan membaca (reading). Siswa dalam membaca bukan saja membaca tulisan-tulisan dalam buku tetapi juga membaca dan memaknai misalnya gambar masa lalu, peta, grafik, dan sebagainya.

2.2.1 Pembelajaran sejarah dengan metode skematik

Langkah-langkah pembelajaran sejarah dengan metode skematik sebagai berikut:
a.       Kegiatan Awal
 -Fase pembukaan
Guru membuka pembelajaran, menyampaikan tujuan atau indikator pembelajaran, memeriksa pengetahuan prasyarat siswa, memberi motivasi, dan mengaitkan dengan masalah sehari-hari jika memungkinkan.
b.  Kegiatan inti
  - Fase ikonik
Pada fase ini guru menjelaskan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sejarah dengan pendekatan ikonik, yakni menjelaskan dengan menggunakan bantuan gambar-gambar, peta, grafik, tabel, skema, sketsa atau menggunakan bantuan benda manipulatif lainnya yang sesuai dengan materi pembelajaran.
  - Fase diskusi
Pada fase ini siswa diberi tugas kelompok, misalnya memahami suatu topik atau tema sejarah. Siswa diminta menyusun kerangka pemikiran dalam topik atau tema tersebut dengan cara membuat atau menggunakan gambar, peta, grafik, tabel, skema atau sketsa.  Hasilnya dipresentasikan di depan kelas.

  - Fase simbolik
Pada fase ini siswa diminta menulis hal-hal penting berkaitan dengan pengertian, definisi, karakteristik, konsep-konsep dan prinsip-prinsip  sejarah yang dipresentasikan oleh temannya. Jika siswa mengalami kesulitan guru memberikan bantuan dengan cara menuliskan kesimpulan dan makna dari materi yang dipelajari. .
c.  Kegiatan akhir
  -Fase penutup
Guru bersama sisiwa merangkum,memberi tugas misalnya pekerjaan rumah, dan menutup pembelajaran.

2.2.2 Pendekatan teori pembelajaran yang digunakan.

Ø  Teori pembelajaran kognitif – teori Pemprosesan maklumat Gagne
Melalui teori Gagne juga, masalah sukar mengingat fakta-fakta sejarah pada pelajar dapat diatasi apabila guru mengaplikasikan cara-cara berikut di dalam pengajaran dan pembelajaran mata pelajaran sejarah:
1)      guru mengenakan bahan pengajaran yang bermakna yaitu dengan menekankan kepada isi-isi pengajaran yang sangat penting;
2)      guru mengulang konsep-konsep penting dengan mengulangkaji fakta-fakta yang penting dalam pelajaran;
3)      guru menstrukturkan pengajaran konsep-konsep penting dengan menyusun bahan pembelajaran dengan membuat ‘outline’ dan kategori-kategori yang spesifik;
4)      bahan bantuan pengajaran digunakan secara visual;
5)      guru mengulangi konsep-konsep yang penting dengan membuat pengujian melalui kuis atau ujian ringkas;
6)      guru sentiasa mengkaitkan materi baru dengan pengetahuan sebelumnya;
7)      guru menggunakan pelbagai strategi pengajaran dan gaya pengajaran menarik;
8)      guru senantiasa mengkaji ulang materi secara berulang dengan mengkaitkan pembelajaran baru kepada pembelajaran lama.
Ø Teori pembelajaran konstruktivisme
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah:
1)      pembinaan ilmu pengetahuan secara mandiri, dengan cara siswa membina pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya;
2)      penggunaan bahan bantu pembelajaran, seperti peta, video, globe, dll;
3)      penglibatan secara aktif, dengan cara membuat kelompok belajar dan melakukan tanya jawab;
4)      strategi pembelajaran, dengan cara kooperatif.


BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Sejarah merupakan satu mata pelajaran yang penting. Hal ini karena pelajaran sejarah mampu membentuk jiwa, akhlak dan jati diri bangsa, khususnya dalam memupuk semangat patriotisme. Meskipun begitu, pembelajaran subjek ini memerlukan penghayatan dan minat bagi menimbulkan konsep kesadaran dalam sejarah. Oleh karena itu, peranan guru amatlah ditagih dalam mewujudkan suasana pembelajaran yang menarik dan mampu membawa pelajar menghayati peristiwa sejarah itu seperti yang sebenarnya. Guru yang kreatif dapat mempengaruhi tahap kesadaran siswa. Jadi, penggunaan berbagai teknik, alat bantu mengajar, dan minat guru sejarah itu sendiri merupakan nadi penggerak pada kejayaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://sambaltempe86.blogspot.com/2009/01/mengapakah-subjek-sejarah-kurang.html
https://rosehoney13.wordpress.com/2012/05/22/masalah-pembelajaran-sejarah-dan-cara-mengatasinya/
https://pussisunimed.wordpress.com/2010/01/27/pendidikan-sejarah-issues-dan-masa-depan/
http://sejarah-sman1-tmg.blogspot.com/2013/03/pembelajaran-sejarah-dengan-metode.html